LATAR BELAKANG

Perkembangan diberbagai sector di era globalisasi sekarang ini berakibat pada perubahan-perubahan kehidupan masyarakat di seluruh Negara di dunia.  Di satu sisi masyarakat dapat mengambil manfaat dari perubahan global tersebut terutama di Negara-negara maju, namun sebagian besar masyarakat terutama di Negara-negara sedang berkembang mengalami tekanan untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan global tersebut. Tekanan ini dapat berdampak kurang menguntungkan untuk kehidupan berkelanjutan bagi masyarakat terutama bagi yang kurang mampu mengkreasi nilai-nilai global .  Ketimpangan ini terjadi tidak hanya pada level antar Negara, juga terjadi pada level antar pusat kehidupan modern-dinamis di perkotaan dengan di pedesaan.

Di negara sedang berkembang khususnya,  ketimpangan yang tinggi antar kehidupan masyarakat dinamis di perkotaan dan di pedesaan sering kita lihat.  Akibat ketimpangan ini tidak hanya menyebabkan pergerakan manusia besar-besaran ke kota untuk mencari kehidupan lebih baik sebagai pekerja, juga  menyebabkan kepunahan nilai-nilai tradisi untuk dapat hidup harmonis secara berkelanjutan melalui interaksi social dan interaksi dengan lingkungan tempat hidupnya. Hal ini terjadi karena terancamnya sector ekonomi penopang kehidupan mereka di pedesaan.

Secara umum penopang ekonomi keluarga masyarakat pedesaan adalah usaha skala kecil yng kental dengan tradisi, baik usaha pertanian, nelayan atau usaha kerajinan dan usaha dagang.  Usaha ekonomi tersebut sangat rentan dari persaingan dengan usaha-usaha skala besar yang memanfaatkan nilai-nilai dinamis globalisasi.  Tidak sedikit masyarakat dengan usaha-usaha kecil tersebut sudah tidak efisien lagi berproduksi dalam persaingannya dengan usaha-usaha modern  besar.  Di daerah seperti Bali, dengan kecenderungan harga lahan yang meningkat dan perubahan gaya hidup, berakibat pada penjualan lahan pertanian meningkat drastic dan penggunaannya dialihfungsikan ke sector non-pertanian.  Di sisi lain, masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan atau skills untuk berkreasi di sector non-pertanian dalam menopang eknomi keluarga, mengarahkan pada proses pemiskinan.  Dengan demikian, kehidupan harmonis berkelanjutan menjadi terancam.

Ancaman terhadap kehidupan ekonomi masyarakat semakin tinggi dengan perubahan iklim global, terutama masyarakat yang bergantung pada sector pertanian.  Terlebih lagi ketidaksiapan usaha kecil pertanian dan nelayan dalam mengantisipasi perubahan-perubahan iklim ekstrim yang terjadi.  Kebiasaan penggunaan air berlebih sekarang dituntut menggunakan air lebih efisien untuk proses produksi pertanian. Demikian pula pada saat musim hujan yang ekstrim, berkembangnya hama dan penyakit dituntut pengendaliannya dengan menggunakan cara yang ramah lingkungan.  Hal ini terjadi pula pada masyarakat nelayan kecil.  Mereka tidak akan dapat menghasilkan tangkapan ikan ketika iklim ekstrim.

Iklim ekstrim juga sering berakibat adanya bencana alam, seperti banjir, longsor, wabah penyakit dan bencana lainnya.  Untuk memulihkan pada kondisi aktivitas normal memerlukan waktu cukup lama.  Tanpa ada usaha-usaha pemulihan dari bencana secara terintegrasi dan sistematik melibatkan berbagai bidang kehidupan masyarakat maka penderitaan masyarakat akan semakin lama pula.

Berdasarkan latar belakang tersebut Universitas Udayana dengan Keputusan Rektor Universitas Udayana No. 100/H14/HK/2010 membentuk Tim Pengelola Desa Dampingan, yaitu Desa Dampingan Pengotan, Taro, dan Desa Candikuning Bedugul.  Pada Tahun 2011 desa dampingan ditambah menjadi Desa Tianyar Barat dan Desa Ped-Nusa Penida.  Dengan adanya desa dampingan tersebut dibuatlah wadan yang dinamakan UDAYANA COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM.